PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN NHT

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
            Di dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Pendidikan Nasional, BAB IV Standar Proses, Pasal 19 ayat 1 dinyatakan bahwa; Proses pendidikan pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, motivasi, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
       Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mewujudkannya adalah dengan melakukan inovasi dalam pendidikan. Diantaranya dengan menerapkan metode pembelajaran tertentu yang diujicobakan penerapannya, agar dapat ditentukan bentuk pembelajaran yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi SMA dengan karakteristik daerah setempat.
       Dalam proses pembelajaran, guru harus bisa menentukan strategi pembelajaran yang tepat agar siswa dapat belajar secara efektif dan efisien sehingga tercapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Metode yang digunakan di dalam kelas masih memiliki kekurangan sehingga apa yang diharapkan tidak bisa tercapai. Hal ini dapat dilihat dari prestasi belajar siswa yang belum optimal.
            Hasil studi menyebutkan bahwa meski adanya peningkatan mutu pendidikan yang cukup menggembirakan, namun pembelajaran dan pemahaman siswa SMA pada beberapa materi pelajaran khususnya pada pembelajaran matematika menunjukkan hasil yang kurang memuaskan.
       Siswa cenderung bersikap tidak menyukai pelajaran matematika, hal ini disebabkan karena pola pikir yang mengatakan pelajaran matematika adalah pelajaran yang sukar, membosankan, dan proses pembelajarannya tidak menyenangkan. Indikasi ini menunjukkan bahwa siswa belum mampu membangun kepercayaan diri terhadap kemampuannya untuk menyelesaikan masalah-masalah matematika.
       Berdasarkan hasil observasi yang telah peneliti lakukan di SMAN 1 Wanasaba menunjukkan bahwa hasil belajar matematika siswa belum memuaskan. Indikasinya dapat dilihat dari hasil belajar siswa yang belum mencapai tuntas dari KKM yang telah ditentukan. 
 Kurikulum yang digunakan di sekolah ini yaitu KTSP, namun paradigma lama di mana guru merupakan pusat kegiatan belajar di kelas (teacher center) masih dipertahankan dengan alasan pembelajaran seperti ini adalah yang paling praktis dan tidak menyita banyak waktu, padahal terkadang siswa menjadi tidak aktif.  Olehnya itu peneliti menawarkan alternatif untuk mengatasi masalah yang ada berupa penerapan model pembelajaran lain yang lebih mengutamakan keaktifan siswa dan memberi kesempatan siswa untuk mengembangkan potensinya secara maksimal. Model pembelajaran yang dimaksud adalah model pembelajaran kooperatif.
Model pembelajaran kooperatif tumbuh dari suatu tradisi pendidikan yang menekankan berpikir dan latihan bertindak demokratis, pembelajaran aktif, perilaku kooperatif, dan menghormati perbedaan dalam masyarakat multibudaya.
 Dalam pelaksanaannya pembelajaran kooperatif dapat merubah peran guru dari peran terpusat pada guru ke peran pengelola aktivitas kelompok kecil. Sehingga dengan demikian peran guru yang selama ini monoton akan berkurang dan siswa akan semakin terlatih untuk menyelesaikan berbagai permasalahan, bahkan permasalahan yang dianggap sulit sekalipun. Beberapa peneliti yang terdahulu yang menggunakan model pembelajaran kooperatif menyimpulkan bahwa model pembelajaran tersebut dengan beberapa tipe telah memberikan masukan yang berarti bagi sekolah, guru dan terutama siswa dalam meningkatkan prestasi. Olehnya itu lebih lanjut  peneliti ingin melihat penerapan pembelajaran kooperatif melalui pendekatan struktural tipe Numbered Heads Together (NHT).
Penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT juga dinilai lebih memudahkan siswa berinteraksi dengan teman-teman dalam kelas dibandingkan dengan model pembelajaran langsung yang selama ini diterapkan oleh guru. Pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT siswa perlu berkomunikasi satu sama lain (banyak arah), sedangkan pada model pembelajaran langsung siswa duduk berhadap-hadapan dengan guru dan terus memperhatikan gurunya (teacher center).
Dengan dasar inilah yang mendorong peneliti mencoba mengadakan penelitian dengan judul “Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Heads Together) Terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas XI SMAN 1 Wanasaba Tahun Pembelajaran 2011/2012 ’’.
B.     Identifikasi Masalah
Beberapa permasalahan yang dapat ditemukan berdasarkan latar belakang pada penelitian ini adalah:
1.      Sikap siswa yang cenderung merasa mata pelajaran matematika susah untuk dimengerti
2.      Siswa belum mampu membangun kepercayaan diri terhadap kemampuannya untuk menyelesaikan masalah-masalah matematika
3.      Pembelajaran yang biasa diterapkan selama ini menggunakan metode di mana pembelajaran berpusat pada guru, siswa pasif, dan kurang terlibat dalam pembelajaran (teacher center)
4.      Hasil belajar matematika siswa SMAN 1 Wanasaba masih rendah.
C.    Pembatasan Masalah
       Berdasarkan pertimbangan kemampuan peneliti maka masalah yang perlu dibatasi:
1.    Pembatasan Objek Penelitian
Objek penelitian ini terbatas pada masalah pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) terhadap prestasi belajar matematika.

2.    Pembatasan Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini terbatas pada siswa kelas XI SMAN 1 Wanasaba Tahun Pembelajaran 2011/2012.
3.      Pembatasan Aspek Prestasi
Prestasi Belajar  dalam penelitian ini terbatas pada prestasi belajar aspek kognitif siswa.
4.      Pembatasan Materi
Materi yang akan yang akan digunakan dalam penelitian ini terbatas pada pokok bahasan peluang suatu kejadian.
D.    Rumusan Masalah
Permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini adalah;
“Adakah pengaruh positif dan signifikan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap prestasi belajar siswa kelas XI  SMAN 1 Wanasaba ?.”
E.     Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan diatas, maka tujuan penelitian ini adalah
“Untuk mengetahui pengaruh positif dan signifikan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT  terhadap prestasi belajar siswa kelas XI SMAN 1 Wanasaba”
F.     Manfaat Penelitian
a)       Bagi Siswa
1)        Dengan diterapkannya model pembelajaran kooperati tipe NHT  ini, diharapkan membantu siswa untuk lebih mudah dalam  memahami matematika dan bersikap yang positif  terhadap mata pelajaran matematika sehingga berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa yang memuaskan
2)        Dapat membantu siswa yang mengalami kesulitan untuk dapat bertukar pengetahuan dengan siswa yang lain sehingga meningkatkan pemahaman siswa
3)        Siswa merasa senang karena dilibatkan dalam proses pembelajaran
4)        Meningkatkan kemampuan bersosialisasi siswa.
b)      Bagi Guru
Dengan dilaksanakannya penelitian ini, guru dapat mengetahui variasi strategi belajar mengajar yang dapat digunakan untuk meningkatkan hasil pendidikan anak-anak di sekolah.
c)       Bagi Peneliti
Mendapat pengalaman menerapkan pembelajaran matematika dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT yang kelak dapat diterapkan saat terjun di lapangan.

BAB II
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

A.    Analitis Teori
1.    Pembelajaran Matematika
a)      Pembelajaran Matematika Sekolah
Pembelajaran matematika sekolah adalah matematika yang diajarkan disekolah, yaitu matematika yang diajarkan di Pendidikan Dasar (SD dan SLTP) dan Pendidikan Menengah (SLTA dan SMK). Menurut Suherman, dkk (2003:56) fungsi matematika sekolah adalah  sebagai; alat, pola pikir, dan ilmu atau pengetahuan. Sedangkan tujuan pembelajaran matematika sekolah di Indonesia sesuai ketetapan pemerintah melalui BSNP, bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:
1.        Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah;
2.        Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika
3.        Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh
4.        Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah
5.        Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Matematika sekolah mempunyai peranan sangat penting baik bagi siswa supaya bekal pengetahuan dan untuk pembentukan sikap serta pola pikirnya, warga negara pada umumnya supaya dapat hidup layak, untuk kemajuan negaranya, dan matematika itu sendiri dalam rangka melestarikan dan mengembangkannya (Suherman dkk, 2003:61).
b)      Hakikat Pembelajaran Matematika
Pengertian matematika dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia matematika adalah ilmu tentang bilangan-bilangan, hubungan antara bilangan dan  prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah bilangan.
James dan James (1976) mengatakan bahwa matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan jumlah yang banyak yang terbagi kedalam tiga bidang, yaitu aljabar, analisis, dan geometri (Suherman dkk, 2003:16).
Dalam buku yang sama Johnson dan Rising (1972) mengatakan bahwa matematika adalah pola berpikir, pola mengorganisasikan, pembuktian yang logis, matematika itu adalah bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas, dan akurat, refresentasinya dengan symbol dan padat, lebih berupa symbol mengenai ide daripada mengenai bunyi.
   Adapun istilah pembelajaran, berhubungan erat dengan pengertian belajar dan mengajar. Belajar, mengajar dan pembelajaran terjadi bersama-sama. Belajar dapat terjadi tanpa guru atau tanpa kegiatan mengajar dan pembelajaran formal lain. Sedangkan mengajar meliputi segala hal yang guru lakukan di dalam kelas.
            Pembelajaran dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pembelajaran adalah proses, cara menjadikan orang atau makhluk hidup belajar.
   Winkel (1986) dalam bukunya mengatakan bahwa pembelajaran adalah separangkat tindakan yang dirancang untuk mendukung proses belajar siswa, dengan memperhitungkan kejadian-kejadian ekstrim yang berperan terhadap rangkaian kejadian-kejadian intern yang berlangsung dialami siswa.
  Secara umum pengertian pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa, sehingga tingkah laku siswa menjadi berubah ke arah yang lebih baik (Darsono, 2002:24).
Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika adalah suatu upaya membantu untuk menkonstruksikan (membangun) konsep-konsep atau prinsip-prinsip matematika dengan kemampuan sendiri melalui proses internasional sehingga konsep prinsip itu terbangun kembali. Dimana guru berperan sebagai fasilitator yang memungkinkan siswa untuk mengaktifkan seluruh unsur dinamis dalam proses belajar, yang mengarah pada konstruksi pengetahuan.

Ciri-ciri pembelajaran menurut Darsono yaitu sebagai berikut :
1.    Pembelajaran dilakukan secara sadar dan direncanakan secara sistematis
2.    Pembelajaran dapat menumbuhkan perhatian dan motivasi siswa dalam belajar
3.    Pembelajaran dapat menyediakan bahan belajar yang menarik dan menantang bagi siswa
4.    Pembelajaran dapat menggunakan alat bantu belajar yang tepat dan menyenangkan bagi siswa
5.    Pembelajaran dapat membuat siswa siap menerima pelajaran baik secara fisik maupun psikologis.
Dengan berlandaskan kepada prinsip matematika yang tidak sekedar learning to know, melainkan juga harus meliputi learning to do, learning to be, hingga learning to live together, maka pembelajaran matematika seyogjanya bersandarkan pada pemikiran bahwa siswa yang harus belajar dan semestinya dilakukan secara komperhensif dan terpadu.
Melalui pencapaian sasaran substansif pembelajaran matematika, para siswa diarahkan untuk memahami dan menguasai konsep, dalil, teorema, generalisasi, dan prinsip-prinsip matematika secara menyeluruh. Sementara melalui efek iringan, mereka diharapkan mampu berpikir logis, kritis, dan sistematis (Suherman dkk, 2003:300).
2.    Pengertian Model Pembelajaran
Menurut Trianto (2010:22) model pembelajaran adalah  suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk didalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain.
Dalam buku yang sama Soekamto mengemukakan maksud dari model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencakan aktivitas belajar mengajar.
Menurut Agus Suprijono (2009:15) model pembelajaran adalah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial.
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah suatu pola sistematis yang digunakan sebagai pedoman dalam merancang segala bentuk pembelajaran.
Irzani (2009:25) mengatakan model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yaitu:
1.      Rasional teoritik yang disusun oleh perancangnya
2.      Tujuan pembelajaran yang akan dicapai
3.      Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan secara berhasil dan
4.      Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai.

Tabel 1.
Ikhtisar dan Perbandingan Model-Model Pengajaran

Ciri-ciri Penting
Pengajaran langsung
Pembelajaran Kooperatif
Pengajaran Berdasarkan masalah
Strategi-strategi Belajar
Landasan teori
Psikologi
perilaku;teori belajar sosial
Teori belajar sosial;teori belajar konstruktivis
Teori kognitif;teori konstruktivis
Teori pemrosesan informasi
Pengembangan Teori
Bandura;
Skinner
Dewey;
Vygotsky;
Slavin;Plaget
Dewey;
Vygotsky
;Plaget
Brunner; Vygotsky;
shiffrin;
atkinsons
Hasil Belajar
Pengetahuan deklaratif dasar;keterampilan akademik
Keterampilan akademik dan sosial
Keterampilan akademik dan inkuiri
Keterampilan kognitif dan metakognitif
Ciri Pengajaran
Presentasi dan demonstrasi yang jelas dari materi ajar, analisis tugas & tujuan prilaku
Kerja kelompok dengan ganjaran kelompok dan struktur tugas
Proyek berdasarkan inkuiri yang dikerjakan dalam kelompok
Pengajaran resiprokal
Karakteristik Lingkungan
Terstruktur secara ketat, lingkungan berpusat pada guru
Flesibel, demokratik, lingkungan berpusat pada guru
Fleksibel, lingkungan berpusat pada inkuiri
Reflektif,
Menekankan
Pada belajar
Bagaimana belajar.
3.    Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif
Menurut Johnson pembelajaran kooperatif adalah mengelompokkan siswa didalam kelas kedalam suatu kelompok kecil agar siswa dapat bekerja sama dengan kemampuan maksimal yang mereka miliki dan mempelajari satu sama lain dalam kelompok tersebut (Isjoni, 2007:17).
Sedangkan menurut Suherman, dkk (2003:260) pembelajaran kooperatif  mencakup suatu kelompok kecil siswa yang bekerja sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan sebuah masalah, menyelesaikan suatu tugas, dan mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama lainnya.
Dapat disimpulkan bahwa Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Para siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil dan diarahkan untuk mempelajari materi pelajaran yang telah ditentukan.
Tujuan dibentuknya kelompok kooperatif adalah untuk memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan dalam kegiatan-kegiatan belajar. Dalam hal ini sebagian besar aktifitas pembelajaran berpusat pada siswa, yakni mempelajari materi pelajaran serta berdiskusi untuk memecahkan masalah.
Arends (Erianto, 2007:47) menyatakan bahwa pelajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a.       Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menyelesaikan materi belajar
b.      Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah (heterogen)
c.       Bila mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang berbeda-beda
d.      Penghargaan lebih berorientasi pada kelompok daripada individu.
Tahap-tahap model pembelajaran kooperatif menurut Muslimin Ibrahim, dkk (2001:10) seperti yang terlihat pada tabel berikut:
Tabel 2.
Tahap-tahap model pembelajaran kooperatif

Fase
Perilaku Guru
Fase-1
Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar
Fase-2
Menyampaikan informasi
Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan
Fase-3
Mengorganisasikan siswa dalam kelompok-kelompok belajar
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana cara membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien
Fase-4
Membimbing kelompok bekerja dan belajar
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka
Fase-5
Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya
Fase-6
Memberikan penghargaan
Guru mencari cara untuk menghargai, baik upaya-upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok
Kelebihan dan kekurangan pembelajaran kooperatif
1)        Kelebihan
Arends (1997) dalam penelitiannya menyatakan bahwa tidak satupun studi menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif memberikan pengaruh negatif. Temuan penelitian ini menunjukan bahwa penggunaan model-model yang ada dalam pembelajaran kooperatif terbukti lebih unggul dalam meningkatkan hasil belajar siswa dibandingkan dengan model-model pembelajaran individu yang digunakan selama ini. Penelitian ini juga meningkatkan belajar terjadi tidak tergantung pada usaha siswa, mata pelajaran, atau aktivitas belajar.
            Slavin (1995) menyatakan pembelajaran kooperatif dapat menimbulkan motivasi sosial siswa karena adanya tuntutan untuk menyelesaikan tugas. Seperti diketahui bahwa manusia adalah mahluk sosial, sehingga salah satu kebutuhan yang menyebabkan seseorang mempunyai motivasi mengaktualisasi dirinya adalah kebutuhan untuk diterima dalam satu masyarakat atau kelompok. Demikian juga dengan siswa, mereka akan berusaha mengaktualisasikan dirinya, misalnya melakukan kerja keras yang hasilnya dapat memberikan sumbangan bagi masyarakat.
2)        Kekurangannya
Slavin (1995) menyatakan bahwa kekurangan dari pembelajaran kooperatif adalah kontribusi dari siswa berprestasi rendah menjadi kurang dan siswa yang memiliki prestasi tinggi akan mengarah kepada kekecewaan, hal ini disebabkan oleh anggota kelompok yang pandai lebih dominan.
            Johnson, dkk (1991) menyatakan bahwa beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh para ahli pendidikan ditemukan bahwa siswa yang berkemampuan tinggi merasakan kekecewaan ketika mereka harus membantu temannya yang berkemampuan rendah. Mereka mengatakan bahwa efek yang harus dihindari dalam pembelajaran kooperatif adalah adanya pertentangan antar kelompok yang memiliki nilai lebih tinggi dengan kelompok yang memiliki nilai yang lebih rendah.
Noonia (1997) menyatakan untuk menyelesaikan suatu materi pembelajaran dengan pembelajaran kooperatif akan memakan waktu yang relatif lebih lama dibandingkan dengan pembelajaran konvensional, bahkan dapat menyebabkan materi tidak dapat disesuaikan dengan kurikulum yang ada apabila guru belum berpengalaman. Dari segi keterampilan mengajar, guru membutuhkan persiapan yang matang dan pengalaman yang lama untuk dapat menerapkan belajar kooperatif dengan baik.
http://www.uploan.com. kelebihan dan kekurangan pembelajaran kooperatif. Download: 27 juni 2011.

4.    Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT
a)    Karakteristik
Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik. Tipe ini dikembangkan oleh Kagen (Muslimin Ibrahim, 2001: 28) dengan melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut.
Ibrahim mengemukakan tiga tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran kooperatif dengan tipe NHT yaitu:
1. Hasil belajar akademik stuktural
Bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik.
2. Pengakuan adanya keragaman
Bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai latar belakang.
3. Pengembangan keterampilan sosial
Bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa. Keterampilan yang dimaksud antara lain berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok dan sebagainya.
Penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT merujuk pada konsep Kagen (1993) dengan tiga langkah yaitu:
1.   Pembentukan kelompok
2.   Diskusi masalah
3.   Tukar jawaban antar kelompok.
Menurut Muslimin Ibrahim, dkk (2001:27-28) tahapan dalam pembelajaran kooperatif tipe NHT antara lain yaitu penomoran, mengajukan pertanyaan, berfikir bersama, dan menjawab. 
Tahap 1: Penomoran 
Guru membagi siswa ke dalam kelompok beranggotakan 3-5 orang dan setiap anggota kelompok diberi nomor 1-5, berguna untuk memudahkan dalam memanggil siswa dengan penomoran kepala.
Tahap 2: Mengajukan pertanyaan 
Guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada siswa.  Pertanyaan dapat  bervariasi.  Pertanyaan dapat spesifik dan dalam bentuk kalimat tanya atau bentuk arahan. 
Tahap 3: Berpikir bersama, 
Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban itu. 
Tahap 4: Menjawab 
Guru  memanggil  siswa  dengan  nomor  tertentu,  kemudian  siswa  yang  nomornya  sesuai  mengacungkan tangannya dan mencoba untuk menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas. 
b)   Langkah-langkah pembelajaran NHT
Adapun langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe NHT:
a.       Pendahuluan 
Fase 1: Persiapan 
1) Guru melakukan apersepsi 
2) Guru menjelaskan tentang model pembelajaran NHT 
3) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran 
4) Guru memberikan motivasi 
b.      Kegiatan inti 
Fase 2: Pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe NHT
Tahap pertama 
1)  Penomoran:   Guru membagi siswa dalam kelompok yang beranggotakan 5 orang dan kepada setiap anggota diberi nomor 1-5. 
2) Siswa bergabung dengan anggotanya masing-masing 
Tahap kedua 
          Mengajukan  pertanyaan:  Guru  mengajukan  pertanyaan  berupa  tugas  untuk  mengerjakan  soal-soal di LKS. 
Tahap ketiga 
          Berpikir  bersama:  Siswa  berpikir  bersama  dan  menyatukan  pendapatnya  terhadap  jawaban  pertanyaan  dalam  media  pembelajaran  tersebut  dan  meyakinkan  tiap  anggota  dalam  timnya  mengetahui jawaban tersebut.
 Tahap keempat 
1)      Menjawab: Guru memanggil siswa dengan nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya  sesuai  mengacungkan  tangannya  dan  mencoba  untuk  menjawab  pertanyaan  atau  mempresentasikan  hasil  diskusi  kelompoknya  untuk  seluruh  kelas.  Kelompok lain diberi kesempatan untuk berpendapat dan bertanya terhadap hasil diskusi kelompok tersebut.
2)      Guru mengamati hasil yang diperoleh masing-masing kelompok dan memberikan semangat bagi kelompok yang belum berhasil dengan baik. 
3)      Guru memberikan soal latihan sebagai pemantapan terhadap hasil dari pengerjaan pertanyaan di LKS. 
c.       penutup;
Fase 3: penutup
1)  Siswa bersama guru menyimpulkan materi yang telah diajarkan 
2)  Guru memberikan tugas rumah 
3) Guru mengingatkan siswa untuk mempelajari kembali materi yang telah diajarkan dan materi  selanjutnya. 
c)    Teori pendukung pembelajaran kooperatif tipe NHT
Krismanto (2003:14) menjelaskan beberapa teori pendukung pembelajaran kooperatif tipe NHT dari beberapa ahli sebagai berikut:
Davidson (1985) mencatat bahwa sejak tahun 1960-an, berbagai jenis belajar berkelompok telah banyak dikembangkan untuk berbagai jenis tugas atau pembelajaran matematika. Ausubel  (1968) menyebutnya “group centered approach”, yang dalam grup atau kelompok itu terjadi interaksi  dan saling mempengaruhi antara siswanya. Pengaruh itu terjadi dengan berbagai alasan sesuai  motivasi dan orientasi setiap siswanya. 
Kelman (1971) menyatakan bahwa di dalam kelompok terjadi saling pengaruh secara sosial.  Pertama, pengaruh itu dapat diterima seseorang karena ia memang berharap untuk menerimanya. Yang kedua, memang ia ingin mengadopsi atau meniru tingkah laku atau keberhasilan orang lain atau  kelompok tersebut karena sesuai dengan salah satu sudut pandang kelompoknya. Ketiga, karena pengaruh itu kongruen dengan sikap atau nilai yang ia miliki. Ketiganya mempengaruhi sejauh kerja kooperatif tersebut dapat dikembangkan. 
Slavin (1991) menyatakan bahwa dalam belajar kooperatif, siswa bekerja dalam kelompok saling  membantu untuk menguasai bahan ajar. Lowe (1989) menyatakan bahwa belajar kooperatif secara  nyata semakin meningkatkan pengembangan sikap sosial dan belajar dari teman sekelompoknya  dalam berbagai sikap positif. Keduanya memberikan gambaran bahwa belajar kooperatif  meningkatkan kepositipan sikap sosial dan kemampuan kognitif sesuai tujuan pendidikan.
d)       Kelebihan dan kelemahan pembelajaran kooperatif tipe NHT
Kelebihan model pembelajaran kooperat tipe Numbered Heads together:
1.      Setiap siswa menjadi siap semua
2.      Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh
3.      Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai
4.      Tidak ada siswa yang mendominasi dalam kelompok.
Kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads together:
1.      Kemungkinan nomor yang dipanggil, dipanggil lagi oleh guru
2.      Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru.

e)        Sintak model  pembelajaran kooperatif tipe NHT
Tabel 3.
Sintak Pembelajaran kooperatif tipe NHT
NO
Fase
Kegiatan
1
Penomoran
Guru membagi siswa ke dalam kelompok beranggotakan 5 orang dan setiap anggota kelompok diberi nomor 1-5
2
Mengajukan pertanyaan
Guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan dapat bervariasi. Pertanyaan dapat spesifik dan dalam bentuk kalimat tanya atau bentuk arahan.
3
Berpikir bersama
Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban itu.
4
Menjawab
Guru memanggil siswa dengan nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya sesuai mengacungkan tangannya dan mencoba untuk menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas.
5.    Prestasi Belajar
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata  pelajaran, yang ditunjukkan dengan nilai yang diberikan oleh guru (Lukman Ali, 1995:787). Pendapat lain menganggap belajar sebagai perubahan  kelakuan pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan  lingkungannya (Uzer Usman, 1995:5).
Sedangkan menurut Muhibbin Syah (1999:19-23) prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktifitas dalam belajar.
Dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar matematika adalah hasil belajar berupa peningkatan kemampuan analitis, penalaran kritis, pemecahan masalah, dan keterampilan komunikasi baik dilihat dari segi proses maupun akademik yang diperoleh dari hasil tes atau evaluasi yang dilakukan oleh guru setelah proses pembelajaran berakhir.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Matematika:
Menurut Slameto faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar diantaranya sebagai berikut:
a.    Faktor Kematangan
Kematangan adalah sesuatu tingkah atau fase dalam pertumbuhan seseorang di mana alat-alat tubuhnya sudah siap melaksanakan kecakapan baru.Berdasarkan pendapat di atas, maka kematangan adalah suatu organ atau alat tubuhnya dikatakan sudah matang apabila dalam diri makhluk telah mencapai kesanggupan untuk menjalankan fungsinya masing-masing kematang itu datang atau tiba waktunya dengan sendirinya, sehingga dalam belajarnya akan lebih berhasil jika anak itu sudah siap atau matang untuk mengikuti proses belajar mengajar.
b.    Faktor Lingkungan keluarga
Faktor keluarga sangat berperan aktif bagi siswa dan dapat mempengaruhi dari keluarga antara lain: cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, keadaan keluarga, pengertian orang tua, keadaan ekonomi keluarga, latar belakang kebudayaan dan suasana rumah.
c.    Faktor Lingkungan Sekolah
Faktor sekolah dapat berupa cara guru mengajar, ala-alat pelajaran, kurikulum, waktu sekolah, interaksi guru dan murid, disiplin sekolah, dan media pendidikan.
Akses: 24 juni 2011.
6.      Tinjauan Materi

B.     Penelitian Yang Relevan
Adapun penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah:

C.    Kerangka Berpikir
          
D.    Hipotesis Penelitian
Hipotesis dari penelitian ini adalah:
“Penggunaan model Pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) berpengaruh positif dan signifikan terhadap prestasi belajar siswa kelas XI SMAN 1 Wanasaba.”

Comments

  1. join fail dengan judul lainnya. kirim email ke: amrullohmathematic@yahoo.com

    ReplyDelete
  2. Bagus ini
    sharre ttg karya sendiri

    ReplyDelete
  3. Mohon dituliskan nama penulis skripsi ini! terimakasih

    ReplyDelete
  4. mkch mas bro... jadi ada referensi...

    ReplyDelete
  5. karya ilmiah ni pemilik blog tulis sendiri silahkan lihat profile penulis

    ReplyDelete
  6. menulis harus karya sendiri adapun karya ilmiah ini hanya sekedar dijadikan referensi karena masih banyak kekurangan<

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

SOAL MIDDLE SEMESTER SMK NW TEMBENG PUTIK 2013/2014